AYAH…. IBU…. CIUM AKU DONG !
Sahabat, fenomena makin
maraknya anak jalanan bukan
semata karena faktor ekonomi
lemah para orang tua, namun
ternyata tidak sedikit dari anak
jalanan itu adalah anak-anak
dari keluarga yang mapan
ekonominya kendati ada
perbedaan tempat atau
wilayah tongkrongan mereka,
ada yang nongkrong dan
menikmati kebebasannya di
bawah jembatan, pinggir
trotoar dan lampu merah
namun ada juga yang
menikmati kebebasan dan
mencari kasih sayang yang
hilang di mal-mal, discotik dan
hotel.
Kedua kelompok tersebut
hakekatnya adalah sama ketika
tali kendali kasih sayang dari
para orang tua terlepas karena
sebuah alasan klasik SIBUK.
Padahal sebenarnya anak-anak
kita itu membutuhkan sesuatu
yang kadang terlihat oleh kita
sesuatu yang sepele tetapi bagi
anak kita adalah sangat-sangat
berharga, kisah dibawah ini
adalah salah satu ilustrasi yang
layak kita renungkan.
Ada seorang gadis kecil
bernama Sari. Ayah Sari bekerja
enam hari dalam seminggu,
dan sering kali sudah lelah saat
pulang dari kantor. Ibu Sari
bekerja sama kerasnya
mengurus keluarga mereka
memasak, mencuci dan
mengerjakan banyak tugas
rumah tangga lainnya.
Mereka keluarga baik-baik dan
hidup mereka nyaman. Hanya
ada satu kekurangan, tapi Sari
tidak menyadarinya.
Suatu hari, ketika berusia
sembilan tahun, ia menginap
dirumah temannya, Dewi,
untuk pertama kalinya. Ketika
waktu tidur tiba, ibu Dewi
mengantar dua anak itu
ketempat tidur dam
memberikan ciuman dan salam
kepada mereka berdua.
“ Ibu sayang padamu, nak,”
kata ibu Dewi.
“ Aku juga sayang Ibu,” gumam
Dewi.
Sari sangat heran, hingga tak
bisa tidur. Tak pernah ada
yang memberikan ciuman
apappun padanya..
Juga tak ada yang pernah
mengatakan menyayanginya.
Sepanjang malam ia berbaring
sambil berpikir, Mestinya
memang seperti itu ..
Ketika ia pulang, orang tuanya
tampak senang melihatnya.
“Kau senang di rumah Dewi?”
tanya ibunya.
“ Rumah ini sepi sekali tanpa
kau,” kata ayahnya.
Sari tidak menjawab. Ia lari ke
kamarnya. Ia benci pada
orangtunya. Kenapa mereka
tak pernah menciumnya?
Kenapa mereka tak pernah
memeluknya atau mengatakan
menyayanginya ? Apa mereka
tidak menyayanginya?. Ingin
rasanya ia lari dari rumah, dan
tinggal bersama ibu Dewi.
Mungkin ada kekeliruan,
apakah orang tuanya ini
bukanlah orang tua
kandungnya. Mungkin ibunya
yang asli adalah ibu Dewi.
Malam itu, sebelum tidur, ia
mendatangi orangtunya.
“ Selamat malam,”katanya.
Ayahnya,yang sedang
membaca koran, menoleh.
“ Selamat malam,” sahut
ayahnya.
Ibu Sari meletakkan jahitannya
dan tersenyum.
“ Selamat malam, Sari.”
Tak ada yang bergerak. Sari
tidak tahan lagi.
“ Kenapa aku tidak pernah
diberi ciuman?” tanyanya.
Ibunya tampak bingung.
“ Ya....? , apa sari ? ” tanya sang
ibu, sambil terbata-bata, ibu
Sari menjawab “ eemmm,
perasaan dulu ketika ibu masih
kecil tidak ada yang pernah
mencium Ibu, mungkin itu saja
kali nak. ”
Sari menangis sampai tertidur.
Selama berhari-hari ia merasa
marah. Akhirnya ia
memutuskan untuk kabur. Ia
akan pergi ke rumah Dewi dan
tinggal bersama mereka. Ia
tidak akan pernah kembali
kepada orang tuanya yang
tidak pernah menyayanginya.
Ia mengemasi ranselnya dan
pergi diam-diam.
Tapi begitu tiba di rumah Dewi,
ia tidak berani masuk. Ia
merasa takkan ada yang
mempercayainya. Ia takkan
diizinkan tinggal bersama
orang tua Dewi.
Maka ia membatalkan
rencananya dan pergi.
Segalanya terasa kosong dan
tidak menyenangkan.
Ia takkan pernah mempunyai
keluarga seperti keluarga Dewi.
Ia terjebak selamanya bersama
orang tua yang paling buruk
dan paling tak punya rasa
sayang di dunia ini. Sari tidak
langsung pulang, tapi pergi ke
taman dan duduk di bangku. Ia
duduk lama, sambil
berpikir,hingga hari gelap.
Sekonyong-konyong ia
mendapat gagasan.
Rencananya pasti berhasil . Ia
kan membuatnya berhasil.
Ketika ia masuk ke rumahnya,
ayahnya sedang menelpon.
Sang ayah langsung menutup
telepon. ibunya sedang duduk
dengan ekspresi cemas. Begitu
Sari masuk, ibunya berseru, ”
Dari mana saja kamu ? Kami
cemas sekali !”.
Sari tidak menjawab,
melainkan menghampiri
ibunya dan memberikan
ciuman di pipi, sambil
berkata, ”Aku sayang
padamu,Bu.”
Ibunya sangat terperanjat,
hingga tak bisa bicara.
Lalu Sari menghampiri ayahnya
dan memeluknya sambil
berkata, “Assalaamu’alaikum,
Yah. Aku sayang padamu,”
Lalu ia pergi tidur,
meninggalkan kedua
orangtunya yang terperangah
di dapur.
Keesokan paginya, ketika turun
untuk sarapan, ia memberikan
ciuman lagi pada ayah dan
ibunya. Di halte bus, ia
berjingkat dan mengecup
ibunya.
“ I....bu ,Aku sayang
padamu.”,”katanya.
Itulah yang dilakukan Sari
setiap hari selama setiap
minggu dan setiap bulan.
Kadang-kadang orang tuanya
menarik diri darinya dengan
kaku dan canggung. Kadang-
kadang mereka hanya tertawa.
Tapi mereka tak pernah
membalas ciumannya. Namun
Sari tidak putus asa.
Ia telah membuat rencana, dan
ia menjalaninya dengan
konsisten. Lalu suatu malam ia
lupa mencium ibunya sebelum
tidur. Tak lama kemudian,
pintu kamarnya terbuka dan
ibunya masuk.
“ Mana ciuman untukku ?”
tanya ibunya, pura-pura marah.
Sari duduk tegak.
“ Oh, aku lupa,” sahutnya. Lalu
ia mencium ibunya.
“ Aku sayang padalmu, Bu.”
Kemudian ia berbaring lagi.
“ Assalaamu’alaikum,
ibu,”katanya, lalu memejamkan
mata.
Tapi ibunya tidak segera
keluar.
Akhirnya ibunya berkata. “Aku
juga sayang padamu, nak.”
Setelah itu ibunya
membungkuk dan mengecup
pipi Sari.
“ Dan jangan pernah lupa
menciumku lagi,” katanya
dengan nada dibuat tegas. Sari
tertawa.
“ Baiklah,”katanya.
Dan ia memang tak pernah
lupa lagi. Bertahun-tahun
kemudian, Sari mempunyai
anak sendiri, dan ia selalu
memberikan ciuman pada bayi
itu, sampai katanya pipi mungil
bayinya menjadi merah.
Dan setiap kali ia pulang ke
rumah, yang pertama
dikatakan ibunya adalah,
“ Mana ciuman untukku?” Dan
kalau sudah waktunya Sari
pulang, ibunya akan berkata,
“ Aku sayang padamu. Kau tahu
itu, bukan?”, “Ya,Bu,” kata Sari.
“Sejak dulu aku sudah tahu.” .
Dalam sebuah hadits shahih
riwayat Bukhari:
“Bahwa Nabi Shallahu’alaihi
wasallam mencium Hasan bin
Ali, dan disamping beliau ada
Aqro ’ bin Habis at-Tamimy,
maka berkatalah Aqro’:
Sesungguhnya aku punya 10
orang anak tetapi tidak
seorangpun yang pernah
kucium. Lalu Rasulullah
Shallahu ’alaihi wasallam
melihat kepadanya seraya
berkata : Barangsiapa yang
tidak mau menyayangi maka ia
tidak akan disayangi ”.
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu’anha,
ia berkata:
“Telah datang seorang badui
kepada Nabi Shallahu’alaihi
wasallam dan ia berkata: kalian
menciumi anak-anak kecil, tapi
kami tidak pernah menciumi
meraka. Berkatalah Nabi
Shallahu ’alaihi wasallam: Aku
tak kuasa (memberi kasih
sayang di hati kalian) jika Allah
telah mencabut kasih sayang
itu dari hati kalian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar